Dokter biasanya akan menganjurkan Anda untuk opname alias rawat inap di rumah sakit apabila penyakitnya cukup parah. Opname juga dilakukan sebagai tindakan preventif untuk mencegah penularan penyakit. Lantas, penyakit apa saja yang mewajibkan pengidapnya menginap di rumah sakit?
Anda perlu rawat inap jika mengalami…
Penyakit menular adalah penyebab utama dari kebanyakan kasus rawat inap di rumah sakit. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa dari total 57 juta kematian pada tahun 2008, sebanyak 36 juta jiwa meninggal karena penyakit menular. Itu sebabnya penyakit menular perlu penanganan ekstra untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Meski begitu, rujukan opname tidak hanya terbatas pada kasus penyakit menular saja. Berikut ini beberapa penyakit yang umum terjadi di Indonesia dan mengharuskan pengidapnya menjalani rawat inap.
1. Diare dan muntaber
Anda tidak akan langsung diopname jika terkena diare atau muntaber karena kebanyakan kasusnya bisa cepat sembuh dengan pengobatan rumahan sederhana. Namun apabila penyakitnya tidak kunjung sembuh, malah tambah parah, atau Anda sampai mengalami gejala dehidrasi, barulah dokter akan merujuk Anda untuk rawat inap.
Jumlah total pasien rawat inap dari kedua penyakit ini pada tahun 2009-2010 mencapai 3,38%, menurut data Kementerian Kesehatan. Muntaber dan diare bisa menyerang siapa saja tanpa pandang bulu, dari bayi, anak-anak, maupun orang dewasa. Namun dibanding orang dewasa, anak-anak dan bayi adalah kelompok usia yang paling sering diopname karena kedua penyakit pencernaan ini.
2. Gagal jantung
Gagal jantung adalah kondisi yang membuat otot jantung berhenti bekerja, sehingga jantung tak dapat memompa darah dengan semestinya. Tanda umum dari gagal jantung adalah sesak napas, kelelahan, dan pembengkakan pada kaki, perut, pergelangan kaki, atau daerah punggung bawah.
Saat jantung gagal berfungsi, Anda perlu diopname agar tim dokter bisa terus memantau kondisi Anda serta mencegah perkembangannya semakin parah agar tidak berakibat fatal. Persentase angka rawat inap pasien dengan kondisi gagal jantung di Indonesia adalah sekitar 2,71 persen.
3. Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur. Gejala khas dari penyakit ini adalah “paru-paru basah”, ketika peradangan infeksi menyebabkan paru memproduksi lebih banyak lendir.
Tahap awal pneumonia masih bisa ditangani dengan berobat jalan dan minum antibiotik seperti amoxicillin. Namun apabila demamnya terus naik melebihi 40ºC meski telah minum obat, mengalami sesak napas, dan terus batuk tanpa henti, dokter akan menganjurkan Anda masuk opname. Selama rawat inap, tim dokter akan memasang infus untuk mencegah dehidrasi dan alat bantu napas lewat selang oksigen jika diperlukan.
Bayi, anak kecil, dan orang dewasa berusia 65 tahun ke atas adalah kelompok orang yang berisiko tinggi untuk diopname ketika sakit pneumonia, terlepas dari kondisi tubuh dan keparahan gejalanya.
4. Septisemia
Septisemia (sepsis) adalah keracunan darah yang menjadi komplikasi infeksi atau luka. Sepsis bisa berakibat fatal. Gejala sepsis meliputi demam, sulit bernapas, sakit perut, dan detak jantung abnormal.
Peradangan yang disebabkan oleh sepsis bisa merusak berbagai sistem organ dan menyebabkan kegagalan fungsi organ tubuh.
Tanpa perawatan medis, sepsi bisa berkembang makin parah menjadi septic shock dan menyebabkan kematian pada akhirnya. Itulah sebabnya, orang dengan kondisi ini biasanya harus menjalani opname.
5. Gagal ginjal
Ginjal yang gagal berfungsi tidak bisa menyaring racun. Tumpukan racun dalam tubuh lama-lama dapat menyebabkan kerusakan pada organ dalam tubuh lainnya. Penyakit ini perkembangannya sangat cepat, bisa terus memburuk dalam hitungan hari atau bahkan dalam hitungan jam dan berpotensi besar menimbulkan komplikasi.
Itu kenapa orang-orang yang mengalami gagal ginjal perlu diopname. Sekembalinya dari rumah sakit, pasien juga harus tetap berobat jalan agar dokter bisa memantau perkembangan kondisinya. Apakah semakin membaik atau perlu tindakan perawatan lanjutan yang lebih spesifik.
Waspadai gejala gagal ginjal, seperti tubuh terasa lemah, sesak napas, sakit perut, kulit terasa gatal, pergelangan kaki dan tangan membengkak, sering mengalami kejang otot, dan lain-lain untuk segera melakukan pemeriksaan pada dokter.
6. Anemia
Kebanyakan kasus anemia tidak perlu rawat inap. Namun apabila gejala anemia Anda begitu parah sampai-sampai menyebabkan penurunan/hilang kesadaran, perubahan denyut jantung yang tidak normal, hingga gangguan pernapasan serius (tidak bisa napas), Anda akan dianjurkan untuk opname di rumah sakit sampai kondisi kembali pulih.
7. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri yang biasanya menyerang paru, tapi bisa juga menyerang organ tubuh lainnya seperti jantung dan tulang.
Infeksi TBC sangat mudah menular, maka pengidapnya akan dianjurkan untuk opname untuk mengkarantina penyebaran bakterinya. Terlebih apabila gejala TBC malah makin memburuk meski sebelumnya sudah minum obat dan rutin berobat jalan.
8. Stroke
Stroke adalah cedera pada otak akibat gangguan aliran darah. Sel-sel otak yang tidak mendapatkan cukup aliran darah bernutrisi akan perlahan mati dalam beberapa menit. Jika tidak cepat ditangani, stroke dapat menyebabkan kerusakan otak permanen atau bahkan kematian.
Itu kenapa pasien yang mengalami stroke harus segera mendapat penanganan dokter. Biasanya pasien akan disarankan untuk rawat inap sekaligus terapi fisik agar fungsi tubuhnya bisa kembali normal.
Gejala stroke dapat terjadi secara tiba-tiba. Gejalanya meliputi pusing, kesemutan atau mati rasa pada bagian tubuh, dan hilang kemampuan untuk menggerakan wajah, lengan, atau kaki.
9. Lahir mati
Bayi yang mati di usia kehamilan lebih dari 20 minggu disebut dengan bayi lahir mati atau stillbirth. Bayi lahir mati dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti kondisi ibu, janin, dan juga masalah plasenta.
Ibu yang harus menjalani persalinan untuk mengeluarkan bayi lahir mati diwajibkan untuk opname setelahnya. Tujuannya untuk memulihkan kembali kesehatan fisik ibu setelah melahirkan.
10. Perdarahan dalam
Pendarahan dalam terjadi pada jaringan, organ, atau rongga tubuh yang mengalami cedera atau trauma. Misalnya kecelakaan, pukulan benda tumpul, atau efek samping obat-obatan keras.
Karena terjadi di dalam tubuh, pendarahan ini sulit untuk dideteksi dan didiagnosis, tidak seperti pendarahan luar yang menembus kulit.
Pada kondisi ini, pasien membutuhkan rawat inap supaya dokter bisa mengetahui penyebab dan sumber pendarahannya, memperbaiki kerusakan akibat pendarahan, serta mencegah kondisi semakin parah.