Hari Gizi Nasional Indonesia selalu diperingati setiap tanggal 25 Januari. Tidak hanya sekadar perayaan, hari yang istimewa ini juga merupakan upaya dan program perbaikan gizi masyarakat.
Peringatan Hari Gizi Nasional sudah dimulai sejak tahun 1950, Pada tahun 2022, Indonesia akan memperingati Hari Gizi Nasional ke-62.
Sejarah Hari Gizi Nasional
Hari Gizi Nasional sudah diperingati sejak tahun 1950.
Saat itu, Menteri Kesehatan Dokter J Leimena, Bapak Gizi Indonesia mengangkat Prof. Poorwo Soedarmo sebagai kepala Lembaga Makanan Rakyat (LMR).
Hari Gizi Nasional diselenggarakan untuk memperingati dimulainya pengkaderan tenaga gizi Indonesia.
Hal ini juga bertepatan dengan berdirinya Sekolah Juru Penerang Makanan oleh LMR pada tanggal 25 Januari 1951.
Waktu itu, LMR lebih dikenal sebagai "Instituut Voor Volksvoeding (IVV)."
IVV merupakan bagian dari Lembaga Penelitian Kesehatan, sekarang dikenal sebagai Lembaga Eijkman.
Sejak saat itu, pendidikan tenaga gizi terus berkembang pesat di banyak perguruan tinggi di Indonesia.
Kemudian disepakati bahwa tanggal 25 Januari di peringati sebagai Hari Gizi Nasional Indonesia.
Pada pertengahan 1960-an, Hari Gizi Nasional dirayakan secara perdana oleh LMR.
Dipegang oleh Direktorat Gizi Masyarakat sejak 1970-an, perayaan Hari Gizi Nasional tetap dilangsungkan hingga saat ini.
Hingga saat ini, Prof. Poorwo Soedarmo dikenal sebagai "Bapak Gizi Indonesia."
Tema Hari Gizi Nasional 2022
Adapun slogan tahun ini yaitu, "Gizi Seimbang, Keluarga Sehat, Negara Kuat."
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek.
Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal serta produktivitas rendah.
Tingginya prevalensi stunting dalam jangka panjang akan berdampak pada kerugian ekonomi bagi Indonesia.
Melansir laman resmi Kemenkes RI, 1 dari 3 balita Indonesia masih menderita stunting di tahun 2021.
Menurut WHO, masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis bila prevalensi stunting lebih dari 20%.
Artinya, secara nasional masalah stunting di Indonesia tergolong kronis, terlebih lagi di 14 provinsi yang prevalensinya melebihi angka nasional.