Tuberkulosis (TB atau TBC) yang juga sering disebut “flek paru” adalah gangguan pernapasan kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TBC merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia. Menurut WHO, setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Sekitar 33% dari total kasus penyakit TBC di dunia ditemukan di negara-negara Asia.
Saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak setelah India, ungkap Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek, dilansir dari CNN Indonesia. WHO tahun 2015 menunjukkan bahwa Indonesia masuk dalam 6 besar negara dengan kasus baru TB terbanyak. Data terbaru dari Profil Kesehatan Indonesia keluaran Pusdatin melaporkan bahwa ada 156.723 kasus TBC baru di Indonesia per tahun 2016.
TB menjadi penyebab kematian terbanyak ketiga, dan penyebab kematian nomor satu di bidang infeksi di Indonesia. Sayangnya, masih banyak yang tidak menyadari atau bahkan tidak tahu tentang bahaya TB dan bagaimana pengobatannya. Berikut informasi lengkap seputar penyakit TBC yang wajib Anda ketahui.
Bagaimana penyakit TBC menular?
Penyakit TBC menular ketika pengidap TB mengeluarkan dahak atau cairan liur dari mulutnya yang berisi kuman M. tuberculosis ke udara — misalnya saat batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau bahkan tertawa — dan kemudian dihirup oleh orang lain.
Kuman yang keluar dari batuknya pengidap TB dapat bertahan di udara lembap yang tidak terpapar sinar matahari selama berjam-jam. Akibatnya, setiap orang yang berdekatan dan berinteraksi dengan penderita TB secara langsung berpotensi menghirupnya sehingga akhirnya tertular.
Seberapa lama kuman TB dapat bertahan hidup di luar tubuh penderita?
Menurut data milik Kemenkes RI dalam Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, untuk satu kali batuk seseorang biasanya bisa menghasilkan sekitar 3.000 percikan air liur.
Kuman penyebab TB umumnya dapat bertahan hidup di udara bebas selama satu sampai dua jam, tergantung dari ada tidaknya paparan sinar matahari, kelembapan, dan ventilasi.
Kuman yang terpapar sinar ultraviolet langsung akan mati dalam beberapa menit. Namun, kuman dapat terus hidup hingga satu minggu jika tinggal di dahak yang berada pada suhu di antara 30-37 derajat celcius.
Pada kondisi gelap, lembap, dan dingin, kuman TB dapat bertahan berhari-hari — bahkan sampai berbulan-bulan.
Saya berinteraksi dengan pengidap TB, haruskah saya khawatir?
Daya penularan TB dari pengidap ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari paru, yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan dahak. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, maka makin menular pasien tersebut.
Faktanya, kebanyakan orang telah terpapar kuman TB selama hidupnya, namun hanya 10% orang yang terinfeksi TB akan menderita penyakit ini.
Salah satu faktor penentu seseorang bisa terkena TB atau tidak adalah sistem imun tubuhnya. Semakin kuat daya tahan tubuh Anda, semakin kecil kemungkinannya untuk tertular TB.
Orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah biasanya cenderung lebih mudah terinfeksi. Lansia, orang dengan HIV atau AIDS, penderita kanker, diabetes, ginjal, dan penyakit autoimun lainnya berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi TBC karena sistem imunnya tidak mampu melawan pertumbuhan bakteri.
Apa gejala infeksi TB?
Keluhan yang dirasakan pasien TB bermacam-macam, meski ada juga pengidap TB yang tidak mengeluh apa-apa. Keluhan yang biasanya timbul adalah:
- Demam yang tidak terlalu tinggi, hilang timbul, sehingga pasien merasa tidak pernah bebas dari perasaan demam. Curigai infeksi TB apabila demam lebih dari 3 minggu dan tidak jelas penyebabnya.
- Batuk/batuk darah, batuk berdahak yang pada kasus tertentu dapat disertai dengan darah.
- Sesak napas.
- Nyeri dada.
- Nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat di malam hari meski tidak kegerahan, nyeri otot.
Pemeriksaan apa yang perlu dilakukan?
Apabila Anda mengalami gejala di atas, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dasar yang dilanjutkan dengan beberapa pemeriksaan penunjang, yaitu:
- Pemeriksaan darah, tidak memberikan hasil yang kurang sensitif dan spesifik untuk infeksi TB. Basanya ditemukan peningkatan sel darah putih (leukosit) dan laju endap darah.
- Pemeriksaan dahak, penting untuk menentukan adanya kuman TB, biasanya dilakukan dalam 3 waktu, Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).
- Tes tuberkulin, banyak dipakai untuk menegakkan TB pada anak, namun tes ini bisa memberikan hasil negatif palsu dan positif palsu. Pemeriksaan ini kurang berarti untuk diagnosis pasien dewasa.
- Pemeriksaan radiologi, merupakan cara yang praktis untuk diagnosis TB dan rutin dilakukan.
Masih banyak pemeriksaan lain yang bisa dilakukan. Di Indonesia sendiri, diagnosis penyakit TBC biasanya diresmikan dengan melihat gejala, hasil pemeriksaan radiologi, dan dahak SPS.
Kapan saya dinyatakan sembuh dari TB?
Pengobatan TB menggunakan kombinasi antibiotik yang terdiri dari 2 fase dan biasanya berlangsung selama 6-9 bulan. Evaluasi pengobatan TB terdiri atas evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik, dan efek samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.
Pasien dinyatakan sembuh tidaknya dari TB di akhir masa pengobatan oleh dokter yang menangani. Setelah dinyatakan sembuh pasien tetap dievaluasi untuk kekambuhannya selama minimal 2 tahun.
Sumber : https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/tuberculosis-tbc/informasi-dasar-penyakit-tbc/