"Orang Covid-19 dengan Happy Hypoxia Tidak Terlihat Gejala tapi Paru-parunya Sudah Rusak"
Kompas.com - 03/09/2020, 09:17 WIB
Ilustrasi pasien virus corona, pasien Covid-19(Shutterstock)
Editor Pythag Kurniati
KOMPAS.com- Happy hypoxia pada orang yang terjangkit Covid-19 rupanya sudah ditemukan di sejumlah daerah. Fenomena happy hypoxia ini mencuat setelah dialami oleh pasien Covid-19 di Banyumas yang akhirnya meninggal dunia.
Muncul sejak awal Covid-19 mewabah
Ilustrasi corona virus (Covid-19)(shutterstock)
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo menjelaskan bahwa happy hypoxia pada penderita corona sebenarnya sudah muncul sejak lama. "Happy hypoxia sebenarnya sudah ada sejak dulu, saat Covid-19 mewabah. Hanya saja, saat itu kasus tersebut tak mendapat perhatian khusus," kata dia. "Setelah kasus di Banyumas, baru diperhatikan. Padahal, ini kerap terjadi di mana-mana. Di Semarang dan Solo juga ada,” lanjut Yulianto saat ditemui di Kantor Gubernur Jateng, Rabu (2/9/2020). Pasien tidak mengalami gejala tertentu, namun dapat secara tiba-tiba mengalami sesak napas karena kadar oksigen dalam tubuh terus menurun. “Orang yang mengalami happy hypoxia ini enggak terlihat gejala yang jelas. Tapi, sebenarnya paru-parunya sudah rusak. Makanya, sering disebut silent hypoxia,” ungkapnya. Kemungkinan terburuk pada kasus ini adalah kematian mendadak.
Ilustrasi virus corona yang merebak di Indonesia.(Shutterstock)
Juga ditemukan di Semarang dan Solo
Di Jawa Tengah, kasus pasien Covid-19 mengalami happy hypoxia tidak hanya ditemukan di Banyumas, tetapi juga Semarang dan Solo. Kasus kematian akibat happy hypoxia disebut juga cukup tinggi. Saat ini dinas tengah melakukan pendataan. “Ini kami baru mengumpulkan data dari rumah sakit-rumah sakit rujukan yang menangani kasus ini. Baru ada tiga rumah sakit yang mengumpulkan dari Banyumas, Semarang dan Solo. Yang lainnya masih menunggu ” tutur Yulianto. Mengenai kapasitas rumah sakit di Jawa Tengah, Yulianto menyebut masih mencukupi untuk penanganan Covid-19. “Ketersediaan ruang isolasi kita cukup kok. Masih ada free sekitar 40 persen. Jadi masih kosong sekitar 40 persen dari total ruang isolasi di berbagai rumah sakit rujukan yang kita sediakan,” jelasnya.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor: Khairina)